Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan memanasnya konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel akan berdampak pada naiknya harga minyak mentah dunia.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan konflik Iran dan Israel berpotensi membuat harga minyak mentah Indonesia melonjak menjadi US$ 100 per barel.
Perlu diketahui, berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Selasa (16/4/2024) harga minyak mentah acuan Brent untuk pengiriman Mei tercatat US$90,10 per barel dan minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei $85,41 per barel.
Sepanjang tahun 2024, harga minyak Brent telah mencatatkan kenaikan sebesar 18,02% dan minyak WTI melesat 16,07%.
Lantas, apakah artinya pemerintah bakal menaikkan harga BBM bersubsidi, seperti Pertalite?
Meski harga minyak bakal naik dan berpotensi membebani keuangan negara, Tutuka menyebut pihaknya belum berencana untuk menaikkan harga untuk BBM bersubsidi. Pasalnya, pemerintah masih terus memantau pergerakan harga minyak mentah dunia.
“Sampai saat ini belum. Karena menurut saya sebaiknya kita step by step dalam hal kebijakan. Dalam hal preparasi kemungkinan terburuk kita lakukan, tapi dalam kebijakan keputusan jangan cepat-cepat. Saat ini kami melihat spike jadi kalau spike tidak perlu direspons segera,” kata Tutuka di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Tutuka menyadari Indonesia saat ini sebagian besar masih bergantung pada impor minyak mentah dan BBM. Apabila konflik terus berlanjut, tentunya akan berdampak pada kenaikan harga komoditas tersebut.
“Kan kita impor crude (minyak mentah) dan impor BBM otomatis kalau import crude pasti naik kan, BBM harganya naik juga, kita impor BBM sebagian besar dari Singapura dan Malaysia, itu yang disimulasikan Pertamina,” kata Tutuka.
Tak hanya lonjakan harga minyak, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga anjlok. Rupiah ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (16/4/2024).
Nilai tukar menyentuh level Rp16.000 per US$ pertama kali sejak 2020. Mengutip data Refinitiv pada Selasa (16/4/2024) rupiah dibuka melemah 1,33% menjadi Rp 16.050 per dolar AS.
Rupiah melemah di tengah indeks dolar AS melonjak tinggi pada empat perdagangan terakhir dan mencapai posisi 106,205 pada Senin (15/4/024). Posisi ini sekaligus tertinggi sejak November 2023.
Seperti diketahui, harga BBM Pertalite terakhir kali mengalami kenaikan pada 3 September 2022 lalu. Saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM Pertalite dari semula Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.
Tak hanya BBM Pertalite, di waktu yang sama harga Solar Subsidi juga mengalami kenaikan menjadi Rp6.800 per liter dari yang sebelumnya Rp5.150 per liter.
Kenaikan harga BBM subsidi pada 2022 itu dipicu oleh dimulainya serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Akibatnya, harga minyak dunia melejit.
Dalam periode pertengahan tahun 2022 itu, Presiden Jokowi tampak kelihatan menyerah pada gejolak situasi global yang berdampak signifikan pada Indonesia khususnya terkait melejitnya harga minyak mentah dunia.
Sebelum pandemi tiba, harga minyak mentah dunia hanya di kisaran US$ 60-an per barel. Namun, harga itu melejit total hingga mencapai US$ 110-an per barel pada pertengahan tahun 2022, imbas dari memanasnya geopolitik atau perang Rusia dan Ukraina.
Presiden Jokowi mencatat, akibat melejitnya harga minyak mentah dunia dan subsidi BBM, anggaran subsidi pemerintah pada 2022 sudah meningkat 3 kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun dan itu akan meningkat terus.
Artikel Selanjutnya
Penyaluran BBM Pertalite 2023 Ternyata Bisa Ditekan di Bawah Kuota
(wia)