Jakarta, CNBC Indonesia – Perum Bulog mengumumkan telah menghentikan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Penghentian dilakukan karena sudah memasuki musim panen.

Padahal, beras SPHP disebut-sebut sebagai salah satu cara pemerintah untuk menekan dan menahan laju kenaikan harga beras yang terus menanjak sejak Agustus 2022 lampau. 

Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga beras hari ini (Rabu, 3/4/2024) memang turun, baik untuk jenis premium maupun medium. Data pukul 12.19 WIB menunjukkan, harga beras premium turun Rp10 ke Rp16.210 per kg dan beras medium turun Rp60 ke Rp13.980 per kg. Sepekan lalu, 27 Maret 2024, harga beras premium masih di Rp16.340 per kg dan medium di Rp14.140 per kg.

Namun, harga beras saat ini, medium maupun premium, masih jauh di atas harga tahun 2023 lalu. Tercatat, harga rata-rata bulanan tertinggi beras premium tahun 2023 adalah Rp14.950 per kg dan medium di Rp13.210 per kg.

Lalu kenapa Bulog menghentikan penyaluran beras SPHP sekarang?

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan, penyaluran beras SPHP yang dihentikan adalah lewat jalur distributor. Sedangkan ke pedagang ritel atau pengecer masih dilanjutkan sesuai kontrak yang ada.

“Sudah disetop. Beras SPHP yang melalui jalur distributor sudah disetop. Ini alasannya karena sudah panen, supaya panen dalam negerinya diserap. Bukan hanya sama Bulog, tapi juga oleh penggilingan dan perusahaan beras swasta,” kata Bayu kepada wartawan di Jakarta, dikutip Rabu (3/4/2024).

Saat ditanya waktu awal penghentian penyaluran serta kelanjutan setelah kontrak ritel habis, Bayu tak menjawab rinci.

“April,” ujarnya saat dikonfirmasi CNBC Indonesia lewat pesan singkat.

“Jadi sekarang kalaupun ada itu adalah beras SPHP yang kontrak langsung atau direct antara Bulog dengan ritel. Kan sudah ada yang kontrak sama Bulog, jadi kita salurkan sesuai dengan kontraknya. Kita tidak genjot lagi yang lewat distributor, hanya lewat ritel. Ritel modern maupun tradisional. Itu pun karena mau Lebaran, kita belum menerima kontrak baru,” ungkap Bayu.

Apa Itu SPHP

Mengutip situs resmi Bulog, SPHP adalah program yang diselenggarakan pemerintah, dalam hal ini Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengacu pada Undang-Undang No 18/2012 tentang Pangan Pasal 55 ayat (1). SPHP dilakukan untuk melindungi daya beli dan keterjangkauan harga pangan bagi konsumen.

Bapanas menerbitkan Peraturan Badan Pangan Nasional Republik Indonesia No 15/2022 tentang Stabilisasi Pasokan dan Harga Beras, Jagung, dan Kedelai di Tingkat Konsumen sebagai landasan hukum program SPHP.

Bapanas kemudian memerintahkan Bulog menjalankan program SPHP dengan diterbitkannya Surat Kepala Bapanas No 02/TS.03.03/K/1/2023 perihal Penugasan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Beras di Tingkat Konsumen Tahun 2023. Penyaluran beras SPHP oleh Bulog dilakukan secara langsung melalui saluran Satgas, maupun tidak langsung melalui pengecer, ritel modern, distributor/ mitra perusahaan dan operasi pasar bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda).

Menurut catatan Bulog, sepanjang tahun 2023, pelaksanaan SPHP beras medium di tingkat konsumen mencapai 1.196.728 ton. Dan, untuk tahun 2024, Bapanas menetapkan target penyaluran 1,2 juta ton.

Realisasi Penyaluran Beras SPHP

Mengutip paparan Plt Sestama Bapanas Sarwo Edhy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024 tanggal 25 Maret 2024, realisasi penyaluran beras SPHP per 22 Maret 2024 tercatat sebesar 504.558 ton.

Wilayah penyaluran terbesar adalah Kanwil DKI Jakarta dan Banten, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Dari angka itu, sebanyak 44% beras SPHP digelontorkan ke distributor, ke pengecer sebanyak 51,4%, Satgas Bulog 4%, Pemda 1%, dan BUMN sekitar 0,30%. Sekitar 19.937 ton diantaranya disalurkan lewat ritel modern.

“Mudah-mudahan beras SPHP ini dapat membantu penurunan harga beras,” kata Sarwo.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Mantap! Erick Thohir Ungkap Bentar Lagi RI Surplus Beras 3,5 Juta Ton


(dce)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *