Jakarta, CNBC Indonesia – Penelitian baru dari Schneider Electric dan Omdia menemukan bahwa 48% perusahaan manufaktur di seluruh dunia masih belum menerapkan inisiatif keberlanjutan.

Padahal, prinsip keberlanjutan yang mencakup aspek sosial dan lingkungan sudah layaknya harus diterapkan oleh setiap pihak, tidak terkecuali dalam setiap operasi bisnis perusahaan. Pasalnya, saat ini banyak konsumen/investor yang sudah mulai sadar mengenai isu tersebut dan menghindari membeli sesuatu dari perusahaan yang belum menerapkan prinsip keberlanjutan dan tidak ramah lingkungan.

Investor memerlukan kepastian bahwa bisnis yang mereka suntikkan dananya dapat berkembang dan bertahan di dalam tujuan jangka panjang Net Zero Emission (NZE).

Penelitian Schneider Electric dan Omdia mengungkapkan setiap pelaku perusahaan memerlukan perubahan pola pikir dari sekedar mencari ‘keuntungan murni’, menjadi keuntungan yang selaras dengan tujuan keberlanjutan jika mereka ingin berkembang.

Dalam penelitian yang sama, Schneider Electric dan Omdia pun memberikan beberapa langkah yang bisa diaplikasikan oleh setiap pelaku perusahaan manufaktur agar bisa mencapai keberlanjutan.

1. Terapkan Program Corporate Responsibility

Menurut penelitian Schneider Electric dan Omdia, program corporate responsibility menjadi salah satu kunci efektif untuk meningkatkan reputasi serta menarik minat pelanggan dan investor terhadap sebuah merek. Hal inilah yang dinilai harus dijadikan sebagai tujuan investasi oleh setiap perusahaan ke depan.

Bahkan, dengan berinvestasi yang berprinsip berkelanjutan, penelitian itu menemukan bahwa 26% perusahaan manufaktur mengalami peningkatan kinerja, dan 23% lainnya menyebut mencapai efisiensi yang baik. Misalnya saja, banyak perusahaan yang semakin efisien soal biaya karena mereka konsisten mengurangi limbah hingga konsumsi material dan energi.

Di sisi lain, pelaku industri juga harus mempertimbangkan tidak hanya dampak lingkungan langsung dari operasi manufaktur mereka, tetapi juga dampak lingkungan dari perusahaan yang mereka pilih untuk bermitra demi menghindari potensi masalah peraturan dan kerugian terhadap persepsi masyarakat.

2. Lakukan Komitmen Prioritas Keberlanjutan

Pelaku industri dalam penelitian ini juga disarankan harus memiliki pola pikir bahwa keberlanjutan dapat dicapai dengan proses identifikasi yang matang dan memprioritaskan program.

Perusahaan bisa memulainya dengan prioritas keberlanjutan jangka pendek dan ringan, seperti melakukan efisiensi energi dengan mematikan peralatan saat tidak digunakan, menggunakan kembali material jika memungkinkan, dan banyak lagi.

Dengan sudah melakukan hal-hal di atas, perusahaan akan merasa siap untuk memprioritaskan investasi dengan mempertimbangkan tujuan dan komitmen jangka panjang, seperti beralih ke sumber energi terbarukan, peningkatan infrastruktur, mengatur sistem manajemen energi, migrasi cloud, dan lain sebagainya.

3. Berfokus pada ROV Ketimbang ROI

Keberlanjutan suatu bisnis lebih dari sekadar sarana untuk memperoleh laba atas investasi atau Return on Investment (ROI). Alih-alih demikian, pelaku bisnis bisa berfokus pada return on value (ROV) yang lebih memiliki dampak positif dan lebih luas dapat dihasilkan oleh inisiatif keberlanjutan.

Hal itu perlu disadari, karena keuntungan dana bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan, dan dunia usaha harus mempertimbangkan nilai lebih luas yang diciptakan oleh investasi mereka meliputi aspek non-keuangan untuk mengukur dampak dan efektivitas suatu investasi, seperti aspek keberlanjutan.

Misalnya, investor saat ini mulai melihat faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini disikapi dengan kehadiran indeks ESG yang dapat menjadi acuan bagi investor saham, untuk memilih perusahaan yang mengedepankan aspek berkelanjutan.

Manfaat yang dapat direalisasikan dengan berfokus pada ROV akan terus berkembang dan melampaui keuntungan langsung, yang mengarah pada hal-hal yang tidak berwujud seperti kesejahteraan perusahaan, sosial, dan lingkungan.

4. Libatkan Seluruh Karyawan Perusahaan

Dalam perjalanan keberlanjutan, industri memerlukan keselarasan antara visi, misi, tujuan dan inisiatif dari lintas departemen serta dukungan dari karyawan dan mitra. Pada umumnya, hal ini dimulai dari level kepemimpinan tingkat tinggi (C-Level).

Masih dalam penelitian yang sama, Schneider Electric dan Omdia juga menemukan bahwa 78% perusahaan setuju C-Level memiliki peran penting dan bertanggung jawab langsung atas upaya keberlanjutan mereka.

Oleh karena itu, dukungan yang lebih luas diperlukan agar penerapan proyek dengan prinsip berkelanjutan dapat berhasil diterapkan melalui keterlibatan dan masukan dari karyawan untuk perencanaan dan evaluasi.

Keterlibatan erat karyawan dapat mengarah pada pemahaman, dan loyalitas yang lebih besar terhadap setiap perubahan yang diterapkan.

Schneider Electric mengajak para pelaku industri, dan masyarakat secara umum untuk menjadi Impact Maker mulai dari dirinya sendiri dan untuk lingkungan terdekatnya. Inisiatif ini merupakan upaya nyata perusahaan sebagai impact company dalam membangun ekosistem pendukung yang dapat memfasilitasi terwujudnya percepatan aksi iklim melalui aksi kolektif antara sektor swasta dan publik.

Dengan pengalaman global lebih dari 15 tahun dalam menjalankan praktik sustainability, Schneider Electric ingin membagikan pengetahuan dan menciptakan kolaborasi yang memudahkan dimulainya perjalanan sustainability pada sektor industri.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Schneider Electric Prioritaskan Pembangunan Berkelanjutan


(dpu/dpu)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *